Thursday, April 30, 2020

0056

belum banyak yang aku mengerti mengenai kebaikan, terakhir kali kujumpai dari mulut seorang yang katanya seorang pendusta, seorang yang gila dan tidak waras. belum banyak yang aku mengerti mengenai kebusukan seorang manusia, namun rasanya hampir sama seperti ketika melakukan hal buruk dengan orang yang dijunjung tinggi derajatnya, di elu-elu kan namanya. padahal mata ini mampu jauh menerawang, tapi telinga dan kedudukan sepertinya sudah malas untuk berbuat benar.

0046

kata angin kepada hembus
kata hujan kepada turun
kata berhasil kepada saya
kata saya kepada hampir saja

Sunday, April 26, 2020

1638

aku mencari barang satu saja yang mampu menyelamatkan diriku di hari-hari yang paling gelap, di mimpi-mimpi yang paling lucid sekalipun. aku terus terbangun dengan kilatan memori yang selalu hendak namun tak pernah dicatat. pecahlah tangisku, dibalik ketakutan yang menyebar bak nyala api dan membakar setiap percakapan di dalamnya.

aku melihat gereja, rumah sakit, sekolah. tempat orang-orang biasanya berkunjung dan menyaksikan perpisahan, jalan dimana kedua ujungnya tak pernah dipertemukan. sebuah tempat beristirahat bagi mereka yang belum menyerah dengan kehidupan, bagi mereka yang masih ingin tersenyum dan melupakan sedikit realita

Tuesday, April 21, 2020

0124

tak banyak yang aku tau mengenai bagaimana semesta bekerja, ia terlalu banyak meninggalkan hal-hal diluar nalar pikir, diluar apa-apa yang mampu dijawab, dijelaskan tapi selalu mampu untuk diperdebatkan. seperti dahulu kala, bagaimana seorang kartini melawan rasa ketidakamanan yang tumbuh dalam dirinya?

apakah ia akan menulis
apakah ia akan menangis

apakah ia cukup dibekali bahwa apa yang ia rasakan adalah perasaan tidak aman?

menjadi seorang wanita dan memiliki perasaan tidak aman menjadi paket komplit yang sulit dipisahkan. insecurity, kami menyebutnya. perasaan tidak aman timbul ketika seseoramg “pernah” merasakan menjadi aman. aman untuk dicintai dan mencintai, aman untuk memiliki pendidikan, aman untuk memilih kebebasan pada dirinya. sedang aman, tidak selalu dialami oleh diri sendiri. melihat wanita lain yang menurutnya aman, akan menimbulkan perasaan tidak aman dalam diri sendiri. ini bukan hal yang tabu, ini bukan hal yang memalukan.

wanita kerap kali dibayangi budaya dan dibisiki perkataan ibu, ibunya ibu, ibu yang sebelumnya, ibu sambung, ibu tetangga.. dibekali, diwejangi untuk tidak menjadi seperti ini itu, agar kelak menjadi seperti ini itu. tak pernah jauh-jauh dari urusan pernikahan, keuangan, juga ranjang. menjadi wanita yang sukses berarti mampu memiliki pernikahan yang memberikan kebahagiaan lahir dan batin, juga memiliki pendidikan tinggi dan bekerja setelahnya, serta mampu mengurus rumah tangga, mendidik anak dan sebagainya. standar ini akan terus dijadikan indikator keberhasilan seorang wanita dalam membawa dirinya sendiri.

kebiasaan ini akan menimbulkan respon yang tak kalah hebatnya, sadar tak sadar, sengaja tak sengaja, seorang wanita akan berupaya untuk meraih hakikatnya, menjadi seorang wanita yang aman. dan tongkat estafet ini akan diteruskan kepada anak-anak nya, anak saudara, anak tetangga, juga wanita lain. tak henti-hentinya kita mengejar sesuatu yang telah dicapai seseorang, namun selalu lupa untuk menentukan apa yang benar-benar baik dan tepat untuk diri kita. tak henti-hentinya kita menciptakan sebuah kompetisi kasat mata sambil mengatakan bahwa sesama wanita tak perlu berkompetisi. tak henti-hentinya kita mengatakan hal-hal sampah terhadap wanita lain, padahal kita pernah betul menangis di malam hari merasa tidak aman dan tidak berdaya.

aku pernah sekali mendengar dan melihat Nadin Amizah menangis ketika menyanyikan lagunya, aku ingat betul lirik dimana suaranya mulai bergetar, “sedang aku dari pilu, aman yang ternyata palsu”. aku, pada akhirnya mengerti, bahwa tak pernah ada wanita yang betul-betul aman, semuanya dikemas agar tampak seperti itu. aku, pada akhirnya merasa aman.

perasaan tidak aman butuh divalidasikan, seperti rasa sakit yang berharap untuk dirasakan.

yang kami kagumi, Ibu Raden Ajeng Kartini.
terimakasih, kami sudah tidak takut. kami ini aman untuk bersama-sama merasakan ketidakamanan. jika ada satu hal yang perlu kami takuti, itu adalah ketidakmampuan kami dalam mencapai segala yang pada saat itu anda perjuangkan. kebebasan. kebebasan. harga diri dan diri sendiri.

Thursday, April 9, 2020

1133

Terasa sekali. Tempat yang sebelum ini pernah ramai , lalu sekarang berubah menanyai dirinya sendiri. Sudah pantaskah bagi dirinya menerima ribuan orang yang mencampuri isi kepalanya?
Sedang aku menganggap Halimunda adalah sandaran bagi seseorang yang tengah mencari jalan keluar. Kelaparan, ketidakadilan, napsu manusia. Seumur hidup ia menjelma sebagai eunoia, begitu indah, begitu dalam maksud hati dan tutur kata nya. Lalu aku mengemasi jawaban-jawaban atas apa yang pernah ia tanyakan.

Katanya, hiduplah kau, hiduplah dengan benar.

Namun bak jangkar liar yang berusaha memenangkan palung mariana. Hanya kemustahilan yang pada akhirnya kembali ke daratan, ke tepi-an, ke benak, dimana tempat kesadaran diri ditanamkan.


Terinspirasi dari buku Cantik itu Luka, oleh Eka Kurniawan

Saturday, November 2, 2019

2031

tahu kah kamu? dibutuhkan pengertian-pengertian tertentu ketika memilih tumbuh dengan naif. misalnya akan ada waktu-waktu yang tak bisa diraih kembali atau luka-luka yang tak akan pernah sembuh. beberapa bersifat selamanya, namun bukan tidak mungkin apabila sementara. mengerikan sekaligus menggelikan, bahwa beberapa waktu dan luka dicipta dengan unsur ketidaksengajaan. ketika semua dianggap lalu dan anggapan-anggapan bahwa yang terjadi biarlah sudah, ternyata mempunyai kekuatan magis nya sendiri dalam merubah kehidupan seorang manusia. adakah barang sedikit saja penglihatan mengenai opsi-opsi ditunjukkan ketika sedang dibutuhkan, bukan ketika sedang dikenang. kami manusia mungkin saja dapat menghindar dari hal yang tak pernah kami kehendaki. ketidakmampuan kami dalam mengatur semua yang bersifat baik pada akhirnya membuat kami mengakui kekalahan yang paling mutlak.

Saturday, February 3, 2018

0148

Dari beberapa hal yang terjadi belakangan tahun kemarin
Aku belajar bahwa ternyata jauh lebih mudah memuisikan hal-hal sederhana
Kemudian diubah menjadi sajak yang penuh makna dan tanda tanya
Kesulitan yang sebenarnya terjadi ketika terlalu banyak kerumitan di sekitar
Tetapi kata-kata tak mampu meringkasnya begitu saja, tak akan pernah cukup
Ia ingin dibicarakan terus menerus, ia ingin dilampiaskan dalam bentuk apapun
Seperti kesakitan yang memohon untuk tetap dirasakan dan diutarakan
Dalam waktu yang singkat aku akan segera menentukan
Kesederhanaan mana yang akan aku jadikan sejak pertama di tahun ini
Kembang api atau peristiwa bulan se merah darah
Kamu yang kembali pulang ke relung hati, atau
Kamu yang memilih berjalan berlawanan arah ?